Jumat, 18 Februari 2011

Barus : Salah Satu Daerah Sejarah Islam Kuno Di SUMUT


"Makam Papan Tinggi yang berada diatas bukit, 800 anak tangga untuk mencapai kepuncak"

Kota yang ada sejak 683 SM terdiri dari sebelas desa dan dua kelurahan merupakan kota tertua di sumut, dimana peninggalan sejarah kerajaan barus masih menjadi objek khusus para pengunjung. Serta dihiasi ratusan hektar sawah dan keindahan pantai yang mengelilingi kota Barus.

Penduduk yang tinggal juga berasal dari berbagai daerah saat ini, namun suku aslinya berasal dari minang, aceh, batak dan tionghoa. Bahasa yang digunakan juga sangat berbeda dengan daerah lainnya yaitu Bahasa Baiko yang selintas saat mendengarnya seperti bahasa melayu. “Bahasa asli orang barus namanya baiko, namun berbeda dengan bahasa sibolga”, ujar Pak sinaga.

Keberagaman agama juga terlihat jelas dari tempat ibadah yang terlihat disekeliling jalan, antara islam dan kristen protestan hampir sama jumlahnya. Tetapi hal itu tidak menimbulkan perpecahan di wilayah yang dikenal dengan kota legenda ini. Contohnya pada perayaan yang diadakan oleh umat islam menyambut bulan Ramadhan juga diadakan disini, namanya Limo-limo (mandi bunga pake jeruk limo) di malam besok berpuasa.

Dimana dalam acara tersebut akan diadakan pemotongan Kerbau yang kemudian dagingnya akan dibagikan kepada seluruh masyarakat bukan hanya orang islam tetapi dinikmati juga oleh agama lainnya. “Kami tidak pernah menganggap perbedaan itu menjadi batasan dalam keseharian disini, hal ini yang membuat kami sangat dekat antar satu sama lainnya”, tambahnya.

Aset-aset peninggalan sejarah menjadi alasan orang datang ke kota Barus, banyak hal yang menarik perhatian disini mulai dari kampung putih yang menjadi istana tempat tinggal kerajaan, makam yang ada didua titik yaitu makam mahligai dan papan tinggi sampai keindahan pantai yang membuat kita tidak mau meniggalkan tempat ini.

Selain itu ada Kerajaan andam dewi di desa kecamatan andam dewi, tempat pelelangan ikan yang berada di pantai dimana terjadi proses jual beli antara pedagang dengan pembeli dengan partai besar. Dengan demikian kita semakin menghargai peninggalan sejarah yang juga pernah menjadi pusat perdagangan di Indonesia, hal ini perlu dijaga dan dirawat khususnya untuk pemerintah setempat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar